Ngaben – Pembakaran Jenasah di Bali

Ditulis oleh : imadewira

Ngaben adalah upacara pembakaran mayat yang dilakukan di Bali, khususnya oleh yang beragama Hindu, dimana Hindu adalah agama mayoritas di Pulau Seribu Pura ini. Di dalam Panca Yadnya, upacara ini termasuk dalam Pitra Yadnya, yaitu upacara yang ditujukan untuk roh lelulur.

Makna upacara Ngaben pada intinya adalah untuk mengembalikan roh leluhur (orang yang sudah meninggal) ke tempat asalnya. Seorang Pedanda/Pinandita mengatakan manusia memiliki Bayu, Sabda, Idep, dan setelah meninggal Bayu, Sabda, Idep itu dikembalikan ke Brahma, Wisnu, Siwa.

Upacara Ngaben biasanya dilaksanakan oleh keluarga sanak saudara dari orang yang meninggal, sebagai wujud rasa hormat seorang anak terhadap orang tuanya. Dalam sekali upacara ini biasanya menghabiskan dana 15 juta s/d 20 juta rupiah (saat ini sudah ada Ngaben massal yang biaya lebih irit).

Upacara ini biasanya dilakukan dengan semarak, tidak ada isak tangis, karena di Bali ada suatu keyakinan bahwa kita tidak boleh menangisi orang yang telah meninggal karena itu dapat menghambat perjalanan sang arwah menuju tempatnya.

Hari pelaksanaan Ngaben ditentukan dengan mencari hari baik yang biasanya ditentukan oleh Pedanda/Pinandita yang akan memimpin upacara. Beberapa hari sebelum upacara Ngaben dilaksanakan keluarga dibantu oleh masyarakat akan membuat “Bade dan Lembu” yang sangat megah terbuat dari kayu, kertas warna-warni dan bahan lainnya. “Bade dan Lembu” ini merupakan tempat mayat yang akan dilaksanakan Ngaben.

Pagi hari ketika upacara ini dilaksanakan, keluarga dan sanak saudara serta masyarakat akan berkumpul mempersiapkan upacara. Mayat akan dibersihkan/dimandikan atau yang biasa disebut “Nyiramin” oleh masyarakat dan keluarga. “Nyiramin” ini dipimpin oleh orang yang dianggap paling tua didalam masyarakat.

Setelah itu mayat akan dipakaikan pakaian adat Bali seperti layaknya orang yang masih hidup. Sebelum acara puncak dilaksanakan, seluruh keluarga akan memberikan penghormatan terakhir dan memberikan doa semoga arwah yang diupacarai memperoleh tempat yang baik.

Setelah semuanya siap, maka mayat akan ditempatkan di “Bade” untuk diusung beramai-ramai ke kuburan tempat upacara Ngaben, diiringi dengan “gamelan”, “kidung suci”, dan diikuti seluruh keluarga dan masyarakat, di depan “Bade” terdapat kain putih yang panjang yang bermakna sebagai pembuka jalan sang arwah menuju tempat asalnya.

Di setiap pertigaan atau perempatan maka “Bade” akan diputar sebanyak 3 kali. Sesampainya di kuburan, upacara Ngaben dilaksanakan dengan meletakkan mayat di “Lembu” yang telah disiapkan diawali dengan upacara-upacara lainnya dan doa mantra dari Ida Pedanda/Pinandita, kemudian “Lembu” dibakar sampai menjadi Abu. Abu ini kemudian dibuang ke Laut atau sungai yang dianggap suci.

Setelah upacara ini, keluarga dapat tenang mendoakan leluhur dari tempat suci dan pura masing-masing. Inilah yang menyebabkan ikatan keluarga di Bali sangat kuat, karena mereka selalu ingat dan menghormati lelulur dan juga orang tuanya. Terdapat kepercayaan bahwa roh leluhur yang mengalami reinkarnasi akan kembali dalam lingkaran keluarga lagi, jadi biasanya seorang cucu merupakan reinkarnasi dari orang tuanya.

73 komentar di “Ngaben – Pembakaran Jenasah di Bali

  1. biasanya hidup santai & hidup panjang itgu para Boss-baoss besar yang gak kekurangan Fulus alias Uang..kita sebagai rakyat yang idup pas-pasan ya tetep ja santai tp mati!!!!

  2. terima kasih atas tulisannya, mungkin ini bisa membantu pembuatan paper kuliah ku, kalau ada yang lain tentang ngaben aku mau donk, kirim ke mail ku yach. Terima kasih

  3. buat teman-2 yang tidak mengerti (maaf yach) ini upacara sakral dan juga buat kita yang tahu arti pentingnya pariwisata ini aset loh, jadi itu yach terserah anda deh.

  4. ngaben adalah upacara tradisi bali yang turun temurun nah walaupun turun temurun kita tidak boleh lepas dari kaidah2 sastra yang ada..cuman segala sesuatu ada saja positipnya yang positip sudah dipaparkan diatas…yang negatifnya ini banyak terbuang dalm konteks material kita tahu lah kalau ngaben butuh uang banyak ya”’ kalau seperti jaman dulu orang masih bayak punya warisan tuntutan hidup sedikit dan sebagainya tapi sekarang pernah ngak saudara2 dengar bahwa dengan upacara2 besar yang menghabiskan finansial yang lebih orang menjadi terlantar…mungkin karna cari utang atau warisane adepe…masih byak lg yang laenya..nah kita sekarang punya PHDI jadi biar peran tersebut ada upacara2 dibali bisa di minimalkan lah…toh juga baik buruk jelemelah urusan ida batara…peh keterusan nah nak melajah ngetik

  5. #handojo
    terima kasih kembali..ngaben memang turut menjadi daya tarik pariwisata

    #tangkas
    ngaben memang membutuhkan dana yang tidak sedikit, bahkan mungkin tidak pernah terbayangkan oleh orang lain (bukan hindu/bali) bahwa biayanya jutaan rupiah. Di tempat saya, sudah ada antisipasi untuk meminimalkan biaya dan juga waktu yang dibutuhkan utk ngaben ini, yaitu dengan membuat upacara “ngerit” (ngaben masal), dengan tidak mengurangi makna dan esensi ngaben, banyak hal yang bisa dihemat, bahkan bisa memperoleh dana (keuntungan) yang digunakan untuk kegiatan sosial (banjar) kembali..

  6. #Nandar
    Biaya yang besar bukan karena alat untuk membakar mayatnya, tetapi karena banten (sesajen) nya. Usul untuk menggunakan kayu bakar mungkin lumayan menghemat biaya, namun akan sangat lama sekali dibanding menggunakan kompor, apalagi di musim hujan dimana kayu bakar kering susah dicari.

  7. Buat temen2 yang gak ngerti arti dari ngaben dimohon jangan main2 yaa dengan kata2x……..Thanks ya buat penjelasan ngabennya….jadi taw lebih banyak lagi dehhh aku tentang ngaben…..

  8. Gw mau tanya deh…
    kemaran gw sempeeeeet diskusi ama dosen gw…
    menurut siapalaah gt yah…
    gw jg ga inget..
    dia bilang gini kalo salah satu ciri manusia indonesia itu masih percaya ama yang namanya tahayul atau kebudayaan2 kuno.
    kalo menurut gw itu bukan ciri negatif,
    malah justru aset yang menjual…
    trus kata dosen gw
    walaupun sifatbya “menjual” dan masih dijalani sampe sekarang.
    tapi suatu saat kebudayaan itu akan hilang…
    topik kita pas itu “ngaben”
    katanya Ngaben itu cuman bisa dilakukan ama orang2 kaya dan ntar orang2 jg bakal gerah ngeluarin duit banyak but ngaben gt.
    yang jd pertanyaan gw sekrg.
    ngaben itu emang terbatas untuk orang menengah ke atas ya?
    trus kira2 yang orang gak mampunya Ngaben gak?
    cost ngelakuin ngaben itu berapa?
    tolg dibls ke email gw kalo bisa.
    thanks.

  9. @Fhe
    Wah, kalau ngomongin lebih lanjut sebenarnya saya agak sungkan karena ini berhubungan dengan agama dan kepercayaan masing2 orang. Dan di Bali segalanya saya lihat sangat fleksibel. Yang melakukan Ngaben bukan hanya orang kaya dan nilai suatu upacara bukan dilihat dari kaya atau misikin. Upacara agama di Bali memiliki tingkatan, secamacm level gitu lah… Disesuaikan dengan kemampuan tapi maknanya tetap sama. Analogi-nya kayak orang kaya ya pakai mobil mewah, kalau saya ya cukup pakai sepeda motor. Demikian kurang lebih, semoga penjelasan saya cukup memuaskan.

    Terima kasih.

  10. Halo mas,
    Saya sgt bersukur dpt banyak info mengenai ngaben. Boleh tau kalau saya kepingin menyaksikan upacara ngaben, kapan dan di mana ya? Saya suka jalan2 ke Bali, namun belum pernah dapat kesempatan menyaksikan upacara ini. Thanks.

  11. eh…..mang bener y klo dalam upacara ngaben tu si mayat bener2 dibakar mpe abis n jadi abu?bakalan lama dunkz…trus esensi ngaben tu sendiri and urgensinya umat hindu naburin abu si mayat ke laut tu pa?

  12. malam…
    inilah kali pertama saya melihat ngaben secara langsung

    kebetulan saya akhir tahun 2008 kemaren saya berlibur ke bali…
    dan tidak disangka.. saya akhirnya berkesempatan menyaksikan iring iringan orang yang ingin melakukan upacara ngaben… waktu itu kalo tidak salah.. iring iringannya lewat jalan raya seminyak…
    saya sangat suka akan daya tarik dari ritual upacara ngaben…mulai dari persiapan sampai upacara ngaben itu selesai dilaksanakan.. tentunya dengan mengusung esensi dari ngaben sendiri yah… 😀

    ternyata iring iringan ngaben yang saya lihat di pagi hari… berakhir di pinggiran pantai kuta.. dimana disana juga ada dua orang lainnya untuk di ngaben, jadi jumlahnya ada 3 orang… 3 pendeta, 3 altar.. 3 group gamelan bali.. beserta 3 kelompok rombongan pengantar jenazah

    tapi sayangnya saya tidak melihat langsung acara pembakaran dan upacara lainnya… hanya kebagian… pada saat altar di putari 3 kali setelah abu di bungkus kain putih untuk di larung ke laut…

    ternyata… tidak hanya disitu saja pengalaman hunting saya tentang upacara ngaben…
    didapat dari salah satu diva di bali berinisial A ….saya dapat beberapa foto amatir tentang upacara ngaben di ubud, dimana upacara untuk raja ubud ini menelan biaya hampir 38 milyar… dan hak siarnya dibeli oleh CNN dengan harga 17 milyar… wow angka yang sangat fantastis untuk sebuah acara pemakaman…

    namun bukan jumlah nominal yang menjadi permasalahan…
    saya hanya melihat dari perspektif warisan kebudayaan…bahwa ngaben adalah sesuatu yang sudah menjadi bagian dari liturgi agama hindu yang terus terjaga kelestariaannya… dimana semua unsur makro dan mikro kosmos dapat di padu padankan.. dan diselaraskan…

    itulah yang menjadikan ngaben ( yang menjadi salah satu warisan budaya nusantara ) tetap menjadi bagian dari kehidupan umat hindu di bali yang tidak akan pernah hilang atau terkikis… walau arus kebudayaan luar terus mendera bali…

    saya sangat antusias sekali untuk mengetahui lebih lanjut dan lebih detail ntang ngaben…
    kalau ada senior senior disini yang mengatahui literatur tentang ngaben.. sharing yakh…

    om shanti shanti shanti om

  13. bli wira,, matur suksma…atas info’na
    ya..walaupun infona kurang lengkap tapi setidakna bisa jadi referensi buat Tugas Akhir ku..
    ne aku mau tanya..
    Upacara kematian di Bali Dataran kan ada 3 tahap utama,,
    1. Ngaben
    2. Naligia ; Nyekah, Nutugang
    3. Ngelinggihan
    nah,,aku belum tau Upacara Ngelinggihan itu apa??
    bisa dijelaskan enggak?
    makasih ya..nanti kalo memang berminat menjelaskan, silakan hubungi saya..thanks

  14. @Anak Dokan : ngaben di Bali tidak ada jadwal yang pasti, biasanya akan mencari hari baik, tapi ada juga upacara ngaben massal yang dilaksanakan biasanya 4 tahun sekali

    @rifqi hirata : Ngaben itu upacara agama Hindu, Bali adalah pulau dimana adat serta budaya menyatu dengan agama Hindu

    @dumielz : benar, mayatnya dibakar sampai menjadi abu, di jaman sekarang tentunya pembakaran di bantu dengan alat yang lebih baik. Untuk esensinya, abu bukan dibuang ke laut, tetapi disucikan untuk selanjutnya diupacari dengan upacara Memukur dan Nyegara Gunung. Kurang lebih begitu 🙂

    @dira : dikubur itu untuk sementara, nantinya akan di aben juga, tapi kalau sudah lama, mayat yang diaben hanya simbolis saja yaitu diambil tulang dari kuburannya.

    @harry : terima kasih atas komentar anda, begitulah Ngaben itu selain upacara agama Hindu, juga telah menjadi budaya serta daya tarik dari sisi pariwisata karena keunikan upacara ini

    @angelberta : secara awamnya Ngelinggihan (linggih=tempat) itu adalah untuk menempatkan arwah leluhur yang sudah suci dan menyatu dengan Tuhan Yang Maha Esa di Kemulan (rong tiga) sanggah/merajan tempat suci di rumah masing-masing.

    @lilyalfarisi : mungkin liburan ini bisa ke Bali

  15. Ping balik: Ngaben – pembakaran jenasah di Bali | Semesta Indonesia

  16. Semua akan kembali kepada-Nya, jd dpt info lebih tentang upacara Ngaben, bnyk yng bil. kebudayaan kuno, what ever lah, tp sejatinya mereka tuh lom tau apa makna / proses kembali (kita/Hindu/Bali) ke pangkuan-Nya, be your self ajlah, krn kita punya budaya sendiri & tidak akan pernah padam.

  17. i love my island…………..bali i love uuuuu untuk yang ngomongnya sembarangan mulai karng jaga deh mulut kalian……..nie ngebicarain masalah budaya..bukan berati qta nie kuno ato apa kek yang kalian blang tu…truz lok rang bali gag begitu mempermasalahkan yang namanya uang kalau menyangkut dengat agama ….mau mereka keluar banyak kek sedikit kek….orang bali tuh iklas…coz tu dah menjadi kewajiban rang bali..o ya yang tadinya nanyain asli pa kagag…ngaben asli budaya bali bukan punya orang lain..o ya untk yang suka ma kebudyaan bali…thanks ya dah cinta baliku…….q sangt menghargai itu…..

  18. Indonesia dengan keaneka ragamannya,budayanya,sangat unik.Sampai akhirnya saya temukan lagi kata”NGABEN”UPACARA PEMBAKARAN MAYAT DI BALI.

    Saya mau tahu lebih banyak tentang ngaben,menurut info yg saya dapat,mayat yg baru meninggal jika disentuh dengan kasar jiwanya akan merasasakit.Apalagi kalau sampai dibakar.Apa ada cerita sejenisnya dalam upacara ngaben?
    Tolong dibahas pertanyaan saya,biar saya lebih tahu tentang ngaben.

  19. hemmmmmmm i love bali…….meskipun dibilang kuno tapi ini bisa menjadi aset pariwisata yang sangt menjanjikan…qta sebagai rang bali haruz selalu setia menjaganya…..coz kebanyakn orang bule tuh suka yang kaya ginian…….

  20. Om swastyastu,,,,,,,,
    ngaben gk slu hrs yg mwah n meriah, ssuai dgn ekomi msig2….;yg pntg wjud riil dr arti dn mkna ngaben itu sndri.kt berasl dr 5 unsr dn kt ptut mngmbalikn unsr2 trsbt.suksma.

  21. saya punya sahabat baik di Bali dan sekarang sedang mengadakan upacara ngaben untuk saudaranya, saya juga dah minta dikirim email tentang pelaksanaannya, Insya Allah akan saya tulis di Blog saya, http//tetimardiana.blogspot.com, nama blognya Hati Yang Damai, ditunggu kunjungannya… Bli Wira, trims banget infonya ya… percayalah ini akan membuka wawasan kami yang non Hindu…. trims… berkarya terus…. n sukses selalu…

  22. nagaben bagus yah, tapi yang parah biayanya tohhh emg sih ada tingkatan nista tapi lo dibanjar tuw gak ada yg laksanaen tingkat tu kan aneh jga dilihat warga lainnya kannn, yah lo bs cih adaen sosialisasi tentg ngaben nista n ngaben masal biar warga lebih ngerti g2, kan kasian biaya banyak tar lo umat ga mampu masa iya harus pindah agama buat ngindarin ngaben,….?????

  23. Mati kok ribet amat sih , …….. pakai biaya mahal lagi bahkan ampe puluhan juta atau bahkan ratusan juta, mending biaya itu buat yang masih hidup…..

  24. *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *

    Halaman 12

    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *

    Halaman 13

    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *

    Halaman 14

    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *

    Halaman 15

    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *

    Halaman 16

    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *

    Halaman 17

    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *
    *

  25. toplist.com : Ngaben adalah upacara penyucian atma (roh) fase pertama sbg kewajiban suci umat Hindu Bali terhadap leluhurnya dengan melakukan prosesi pembakaran jenazah. Seperti yg tulis di artikel ttg pitra yadnya, badan manusia terdiri dari badan kasar, badan halus dan karma. Badan kasar manusia dibentuk dari 5 unsur yg disebut Panca Maha Bhuta yaitu pertiwi (zat padat), apah (zat cair), teja (zat panas) bayu (angin) dan akasa (ruang hampa). Kelima unsur ini menyatu membentuk fisik manusia dan digerakan oleh atma (roh). Ketika manusia meninggal yg mati adalah badan kasar saja, atma-nya tidak. Nah ngaben adalah proses penyucian atma/roh saat meninggalkan badan kasar.
    Upacara Ngaben Bali
    Ada beberapa pendapat ttg asal kata ngaben. Ada yg mengatakan ngaben dari kata beya yg artinya bekal, ada juga yg mengatakan dari kata ngabu (menjadi abu), dll.

    Dalam Hindu diyakini bahwa Dewa Brahma disamping sbg dewa pencipta juga adalah dewa api. Jadi ngaben adalah proses penyucian roh dgn menggunakan sarana api sehingga bisa kembali ke sang pencipta yaitu Brahma. Api yg digunakan adalah api konkrit untuk membakar jenazah, dan api abstrak berupa mantra pendeta utk mem-pralina yaitu membakar kekotoran yg melekat pada atma/roh.

    Upacara Ngaben atau sering pula disebut upacara Pelebon kepada orang yang meninggal dunia, dianggap sangat penting, ramai dan semarak, karena dengan pengabenan itu keluarga dapat membebaskan arwah orang yang meninggal dari ikatan-ikatan duniawinya menuju sorga, atau menjelma kembali ke dunia melalui rienkarnasi. Karena upacara ini memerlukan tenaga, biaya dan waktu yang panjang dan besar, hal ini sering dilakukan begitu lama setelah kematian.

    Untuk menanggung beban biaya, tenaga dan lain-lainnya, kini masyarakat sering melakukan pengabenan secara massal / bersama. Jasad orang yang meninggal sering dikebumikan terlebih dahulu sebelum biaya mencukupi, namun bagi beberapa keluarga yang mampu upacara ngaben dapat dilakukan secepatnya dengan menyimpan jasad orang yang telah meninggal di rumah, sambil menunggu waktu yang baik. Selama masa penyimpanan di rumah itu, roh orang yang meninggal menjadi tidak tenang dan selalu ingin kebebasan.

    Hari baik biasanya diberikan oleh para pendeta setelah melalui konsultasi dan kalender yang ada. Persiapan biasanya diambil jauh-jauh sebelum hari baik ditetapkan. Pada saat inilah keluarga mempersiapkan “bade dan lembu” terbuat dari bambu, kayu, kertas yang beraneka warna-warni sesuai dengan golongan atau kedudukan sosial ekonomi keluarga bersangkutan.
    Upacara Ngaben Bali
    Prosesi ngaben dilakukan dgn berbagai proses upacara dan sarana upakara berupa sajen dan kelengkapannya sbg simbol-simbol seperti halnya ritual lain yg sering dilakukan umat Hindu Bali. Ngaben dilakukan untuk manusia yg meninggal dan masih ada jenazahnya, juga manusia meninggal yg tidak ada jenazahnya spt orang tewas terseret arus laut dan jenazah tdk diketemukan, kecelakaan pesawat yg jenazahnya sudah hangus terbakar, atau spt saat kasus bom Bali 1 dimana beberapa jenazah tidak bisa dikenali karena sudah terpotong-potong atau jadi abu akibat ledakan.

    Untuk prosesi ngaben yg jenazahnya tidak ada dilakukan dengan membuat simbol dan mengambil sekepal tanah dilokasi meninggalnya kemudian dibakar. Banyak tahap yg dilakukan dalam ngaben. Dimulai dari memandikan jenazah, ngajum, pembakaran dan nyekah. Setiap tahap ini memakai sarana banten (sesajen) yg berbeda-beda. Ketika ada yg meninggal, keluarganya akan menghadap ke pendeta utk menanyakan kapan ada hari baik utk melaksanakan ngaben. Biasanya akan diberikan waktu yg tidak lebih dari 7 hari sejak hari meninggalnya.

    Setelah didapat hari H (pembakaran jenazah), maka pihak keluarga akan menyiapkan ritual pertama yaitu nyiramin layon(memandikan jenazah). Jenazah akan dimandikan oleh kalangan brahmana sbg kelompok yg karena status sosialnya mempunyai kewajiban untuk itu. Selesai memandikan, jenazah akan dikenakan pakaian adat Bali lengkap. Selanjutnya adalah prosesi ngajum, yaitu prosesi melepaskan roh dengan membuat simbol2 menggunakan kain bergambar unsur2 penyucian roh.
    Upacara Ngaben Bali
    Pada hari H-nya, dilakukan prosesi ngaben di kuburan desa setempat. Jenazah akan dibawa menggunakan wadah, yaitu tempat jenazah yg akan diusung ke kuburan. Wadah biasanya berbentuk padma sbg simbol rumah Tuhan. Sampai dikuburan, jenazah dipindahkan dari wadah tadi ke pemalungan, yaitu tempat membakar jenazah yg terbuat dari batang pohon pisang ditumpuk berbentuk lembu.

    Disini kembali dilakukan upacara penyucian roh berupa pralina oleh pendeta atau orang yg dianggap mampu untuk itu (biasanya dari clan brahmana). Pralinaadalah pembakaran dgn api abstrak berupa mantra peleburan kekotoran atma yg melekat ditubuh. Kemudian baru dilakukan pembakaran dgn menggunakan api kongkrit. Jaman sekarang sudah tidak menggunakan kayu bakar lagi, tapi memakai api dari kompor minyak tanah yg menggunakan angin.

    Umumnya proses pembakaran dari jenazah yg utuh menjadi abu memerlukan waktu 1 jam. Abu ini kemudian dikumpulkan dalam buah kelapa gading untuk dirangkai menjadi sekah. Sekah ini yg dilarung ke laut, karena laut adalah simbol dari alam semesta dan sekaligus pintu menuju ke rumah Tuhan. Demikian secara singkat rangkaian prosesi ngaben di Bali. Ada catatan lain yaitu utk bayi yg berumur dibawah 42 hari dan atau belum tanggal gigi, jenazahnya harus dikubur. Ngabennya dilakukan mengikuti ngaben yg akan ada jika ada keluarganya meninggal.

    Status kelahiran kembali roh orang yang meninggal dunia berhubungan erat dengan karma dan perbuatan serta tingkah laku selama hidup sebelumnya. Secara umum, orang Bali merasakan bahwa roh yang lahir kembali ke dunia hanya bisa di dalam lingkaran keluarga yang ada hubungan darah dengannya. Lingkaran hidup mati bagi orang Bali adalah karena hubungannya dengan leluhurnya.

    Setiap orang tahu bahwa di satu saat nanti dia akan menjadi leluhur juga, yang di dalam perjalannya di dunia lain harus dipercepat dan mendapatkan perhatian cukup bila sewaktu-waktu nanti kembali menjelma ke Pulau yang dicintainya, Pulau Bali.

  26. Ping balik: Ngaben – pembakaran jenasah di Bali « greadder

  27. sangat2 bermanfaat bg saya pribadi info tentang upacara ngaben,dan skarang umat hindu jawa yg dilampung pun sudah mulai melaksanakan upacara ngaben.
    shanti Om

  28. Rupanya masih ada yang salah pengertian dari makna ngaben. Bukan mengembalikan Roh, tetapi mempercepat proses pengembalian 5 unsur(panca maha bhuta) keasalnya. Sedangkan Roh akan kembali ber-reinkarnasi untuk melunasi semua hutang2 perbuatan(Karma) dari hasil kehidupan sebelumnya.

  29. Ping balik: Adat & Kebudayaan : Upacara Ngaben | Jepi Usuluddin

Tinggalkan Balasan ke candra Batalkan balasan